Sign by Danasoft - Get Your Free Sign

Buruan like Universitas Pekalongan di facebook mu !!
Menu Bahasa

Jumat, 24 Desember 2010

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PEKALONGAN

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN

Nama : Donny Slamet Turyanto
Npm : 08.0028.H
Semester / Kelas : V / Sore
Mata Kuliah : Kritik Drama
Dosen Pengampu : Siti Fatimah, S.S., M. Pd.

SOAL UAS

Soal:
1. Buatlah kajian terhadap drama yang Saudara saksikan (sesuai bagian Saudara) dengan teori yang menurut Saudara tepat! Bahasa dan format yang efektif dan efisien atau tepat guna dan berdaya guna)! Kajian tersebut minimal mencakupi judul kajian, sinopsis, teori yang digunakan, unsur yang ditonjolkan, dan sertakan bukti-bukti otentiknya.
2. Uraikan pendapat Saudara mengenai rancangan drama yang akan Saudara ciptakan jika kelak Saudara menjadi seorang guru/dosen drama bagi murid-murid Saudara (sesuai dengan unsur-unsur instrinsik)!
3. Tulislah kesan dan pesan Saudara terhadap perkuliahan Kajian Drama Indonesia yang selama ini Saudara ikuti!



JAWABAN

1. Sesuai dengan drama yang Saya saksikan, drama yang berjudul ”Mi instan yang lebih peduli” merupakan drama Surealis , Saya berpendapat bahwa pengkajian drama harus dilihat secara keseluruhan. Sementara, Video dan rekamannya saja tidak ada. Jadi tidak dapat dilihat secara keseluruhan karena tidak dapat dilihat barulang-ulang . Sebelum saya mengkaji lebih jauh tentang drama tersebut, Sebaiknya saya artikan berbagai pengertian drama terlebih dahulu .
a. Drama adalah suatu karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menampilkan tikaian/konflik dan emosi lewat lakuan dan dialog .
b. Drama pada umumnya didesain untuk dipertunjukkan di atas panggung .
c. Drama diartikan sebagai ragam sastra dalam bentuk dialog yang dibuat untuk dipertunjukkan di atas pentas.
d. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Dapat juga diartikan sebagai satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.
Dari berbagai pengertian drama diatas dapat kita simpulkan bahwa perbuatan dan tindakan yang digambarkan dan dilukiskan di atas panggung yang telah di desain sebelumnya dapat dikatakan sebagai Drama . selanjutnya Drama yang berjudul “ Mi instan yang lebih peduli” pada umumnya didesain untuk dipertunjukkan di atas panggung . untuk pengkajian pertama saya akan membuat synopsis dari cerita drama “Mi instan yang lebih peduli” terlebih dahulu . Sinopsis adalah Gambaran cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya dituliskan. Sinopsis digunakan pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak melebar. Dengan adanya sinopsis maka penulisan lakon menjadi terarah dan tidak mengada-ada.
Berikut sinopsis dari drama yang kami pentaskan :
Di suatu malam disebuah desa, berkumpulah tiga warga desa yang sedang menjaga pos ronda . hari itu memang tiga warga yang bertugas untuk menjaga kampung itu . sebut saja Bagyo, Adi dan Rifki . Mereka bertiga bertugas di pos ronda sambil minum kopi . Agar kantuknya tidak terlalu berat, mereka menikmati permainan kartu yang memang sudah biasa mereka lakukan . Merekapun begadang dengan memegang lembaran kartu di tangan kanan dan memegang rokok di tangan kiri .
Di tengah-tengah asiknya mereka bermain kartu , datanglah agus . agus adalah seorang hansip didesa itu . kesehariannya memang bekerja dengan begadang untuk berputar keliling desa agar keamanan desa itu dapat terjamin . Setelah agus datang, Ketiga warga itu masih saja asik bermain kartu . disitulah terjadinya dialog antara ketiga warga dengan Pak hansip . singkatnya, Pak hansip yang berstatus duda memang sedang mencari pasangan . makanya ia membicarakan tentang Kriteria pasangan yang akan dipilihnya .
Ketiga warga itu hanya merendahkan omongan Pak hansip . Bagyo menanyakan kepada Pak hansip secantik apakah gadis yang Pak hansip bicarakan . Setelah panjang lebar Pak hansip membicarakan gadis itu, Akhirnya Bagyo dan kawan-kawan mengetahui bahwa yang Pak hansip bicarakan adalah Seorang Janda . Ternyata yang dibicarakan oleh Pak hansip itu bukanlah seorang gadis yang mereka perkirakan . akhirnya mereka bertiga mencemooh Pak hansip itu . “Masa mau kawin sama janda” kata bagyo dan teman-temannya yang sedang beronda . Di tengah pembicaraan Ketiga warga itu dengan Pak hansip, tak lama getaran terjadi dari dalam bumi . Awalnya tidak terlalu besar getarannya . mereka serentak ketakutan .
Sepuluh detik kemudian, datang lagi getaran gempa dari dalam bumi yang menyebabkan Rusaknya Pos ronda . Angin seperti tiupan kipas yang besar . Ternyata bukan hanya pos ronda yang hancur. Namun, rumah-rumah warga juga ikut hancur digetarkan oleh gempa . Banyak sekali warga yang meninggal akibat tertimbun puing-puing reruntuhan rumah . hanya puluhan orang yang selamat dari amukan gempa itu . Mereka hanya bisa pasrah menerima kenyataan tersebut . Mereka yang selamat hanya bias berdoa sampai nyawa mereka tertolong .
Di pagi harinya, yang selamat di pindahkan ke pengungsian agar terhindar dari gempa susulan . Dua hari mereka kelaparan . Tidak ada bantuan sedikitpun dari Pemerintah saat itu . Pemerintah masih menikmati apartemen mewah nya . hanya bantuan dari warga desa lain saja yang mereka dapatkan . Warga desa lain hanya bias memberikan beberapa bantuan berupa paket Mi instan saja . Di situlah letak keteledoran pemerintah . Saat suasana bencana yang sedang genting-gentingnya, mereka tidak selalu ada untuk warganya yang terkena bencana .
'Kalau itu memang Takdir Tuhan biarkan Bencana itu terjadi,' Rintih salah seorang korban ’. Bantuan pemerintah datang terlambat . Dimana letak Kepedulian pemerintah disaat terjadinya gempa seperti itu . Para korban bencana itu hanya bisa berdoa memohon kepada Tuhan YME agar nasib mereka berikutnya lebih baik. Dan Mereka berdoa agar dapat terhindar dari bencana serupa . Dan kedepannya agar dapat memulai hidup mereka lagi .

Pada mulanya pementasan drama tidak mengenal sutradara. Pementasan drama teater muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk mementaskan sebuah cerita. Kemudian mereka berlatih dan memainkkannya di hadapan penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang semakin meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain. Para aktor yang telah memiliki banyak pengalaman mengajarkan pengetahuannya kepada aktor muda. Proses mengajar dijadikan tonggak awal lahirnya “sutradara”. Dalam terminologi Yunani sutradara (director) disebut didaskalos yang berarti guru dan pada abad pertengahan di seluruh Eropa istilah yang digunakan untuk seorang sutradara dapat diartikan sebagai master.
Istilah sutradara seperti yang dipahami dewasa ini baru muncul pada jaman Geroge II. Seorang bangsawan (duke) dari Saxe-Meiningen yang memimpin sebuah grup teater dan menyelenggarakan pementasan keliling Eropa pada akhir tahun 1870-1880. Dengan banyaknya jumlah pentas yang harus dilakukan, maka kehadiran seorang sutradara yang mampu mengatur dan mengharmonisasikan keseluruhan unsur artistik pementasan dibutuhkan. Meskipun demikian, produksi pementasan teater Saxe-Meiningen masih mengutamakan kerja bersama antarpemain yang dengan giat berlatih untuk meningkatkan kemampuan berakting mereka .
Model penyutradaraan seperti yang dilakukan oleh George II diteruskan pada masa lahir dan berkembangnya gaya realisme. Andre Antoine di Tokohcis dengan Teater Libre serta Stansilavsky di Rusia adalah dua sutradara berbakat yang mulai menekankan idealisme dalam setiap produksinya. Max Reinhart mengembangkan penyutradaraan dengan mengorganisasi proses latihan para aktor dalam waktu yang panjang. Gordon Craig merupakan seorang sutradara yang menanamkan gagasannya untuk para aktor sehingga ia menjadikan sutradara sebagai pemegang kendali penuh sebuah pertunjukan teater. Berhasil tidaknya sebuah pertunjukan teater mencapai takaran artistik yang diinginkan sangat tergantung kepiawaian sutradara. Dengan demikian sutradara menjadi salah satu elemen pokok dalam teater modern.
Oleh karena kedudukannya yang tinggi, maka seorang sutradara harus mengerti dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pementasan. Oleh karena itu, kerja sutradara dimulai sejak merencanakan sebuah pementasan, yaitu menentukan lakon. Setelah itu tugas berikutnya adalah menganalisis lakon, menentukan pemain, menentukan bentuk dan gaya pementasan, memahami dan mengatur blocking serta melakukan serangkaian latihan dengan para pemain dan seluruh pekerja artistik hingga karya teater benar-benar siap untuk dipentaskan.
Proses atau tahap pertama yang harus dilakukan oleh sutradara adalah menentukan lakon yang akan dimainkan. Sutradara bisa memilih lakon yang sudah tersedia (naskah jadi) karya orang lain atau membuat naskah lakon sendiri.
Maka naskah jadi bukanlah karya sendiri . Mementaskan teater dengan naskah yang sudah tersedia memiliki kerumitan tersendiri terutama pada saat hendak memilih naskah yang akan dipentaskan. Nskah tersebut harus memenuhi kreteria yang diinginkan serta sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan oleh sutradara dalam
memilih naskah, seperti tertulis di bawah ini.
• Sutradara menyukai naskah yang dipilih. Jika sutradara memilih naskah yang akan ditampilkan dalam keadaan terpaksa maka bisa dipastikan hasil pementasan menjadi kurang baik. Naskah yang tidak dikehendaki akan membawa pengaruh dan masalah tersendiri bagi sutradara dalam mengerjakannya, seperti analisis yang kurang detil, pemilihan pemain yang asal-asalan, keseluruhan kerja menjadi tidak optimal.
• Sutradara merasa mampu mementaskan naskah yang telah dipilih. Mampu mementaskan sebuah naskah tentunya tidak hanya berkaitan dengan kecakapan sutradara, tetapi juga dengan unsur pendukung yang lain. Semua sumber daya dimiliki seperti pemain, penata artsitik, dan pendanaan menjadi pertimbangan dalam memilih naskah yang akan dipentaskan.
• Sutradara wajib mempertimbangkan sisi pendanaan secara khusus. Beberapa naskah yang baik terkadang memiliki konsekuensi logis dengan pendanaan. Misalnya, naskah yang dipilih memoiliki latar cerita di rumah mewah dengan segala perabot yang indah. Hal ini membawa dampak tersendiri dalam bidang pendanaan. Jika sutradara merasa mampu mengusahakan pendanaan secara optimal untuk mewujudkan tuntutan artistik lakon, maka naskah tersebut bisa dipilih. Jika tidak, sutradara harus mampu melakukan adaptasi sehingga pendanaan bisa dikurangi tanpa mengurangi nilai artistik lakon.
• Sutradara mampu menemukan pemain yang tepat. Naskah lakon yang baik tidak ada gunanya jika dimainkan oleh aktor yang kurang baik. Oleh karena itu, sutradara harus mampu mengukur kualitas sumber daya pemain yang dimiliki dalam menentukan naskah yang akan dipentaskan.
• Sutradara mampu tetap mementaskan naskah yang dipilih.Tidak ada gunanya berlatih naskah lakon tertentu dalam waktu lama jika di tengah proses tiba-tiba hal itu terhenti karena alasan tertentu. Sutradara dengan segenap kemampuannya harus mampu meyakinkan pemain dan mengusahakan pertunjukan agar tetap digelar sehingga proses yang telah dilakukan tidak menjadi sia-sia.
Namun dalam drama kami yang berjudul “Mi instan yang lebih peduli”, tidak menggunakan naskah jadi. Melainkan menggunakan Naskah Sendiri . Sebenarnya Membuat naskah lakon sendiri tidak menguntungkan karena akan memperpanjang proses pengerjaan. Akan tetapi berkenaan dengan sumber daya yang dimiliki, membuat naskah sendiri dapat menjadi pilihan yang tepat. Untuk itu, sutradara harus mampu membuat naskah yang sesuai dengan kualitas sumber daya yang ada. Naskah semacam ini bersifat situasional, tetapi semua orang yang terlibat menjadi senang karena dapat mengerjakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Sebelum kami pentaskan, kami melalui berbagai tahapan agar pertunjukan drama tersebut berjalan lancar. Pertama Bagian perencanaan tahap ini mengklasifikasikan drama dalam hubungan drama dengan keseluruhan alat-alat kontrol, seperti jenis drama, keterangan pertunjukan dengan penikmat, konvensi, dan gaya. Bagian perencanaan juga melalui analisis drama terhadap nilai-nilai struktur (alur, karakter, dan tema) dan tekstur (dialog, spectacle, dan suasana).
Kemudian, penentuan pilihan dan penggunaan material dasar dari teknik-teknik yang akan digunakan aktor dan perancang. Tahap ini hanya memfokuskan pada tahap analisis, terutama analisis struktur dan tekstur. Alasannya, analisis terhadap teks drama merupakan bagian penting dalam sebuah pertunjukan drama. Sebuah pertunjukan drama merupakan kerja tim. Sebelum dipentaskan, teks drama perlu dianalisis sehingga gambaran kasar tentang teks drama tersebut di atas pentas dapat dibayangkan. Sutradara dan perancang memang belum menjalankan tugas mereka masing-masing sebelum analisis terhadap teks drama mencapai persetujuan pokok tentang ide dan perincian rencana pementasan .
Teks tertulis sudah berulang kali kami pelajari berdasarkan peran masing-masing. Memang tidak ada alasan bagi kita, baik praktisi, peneliti, ataupun penikmat drama pada umumnya, untuk tidak mempelajari teks drama sepanjang kita tidak melupakan bahwa tulisan itu untuk dipentaskan . Banyak sekali tahapan yang harus kami lalui sebelum drama tersebut dapat dipentaskan di panggung diantaranya yaitu perencanaan, latihan, dan pertunjukan gladi kotor dan gladi bersih dan yang terakhir adalah tahap Pertunjukan.
Saat itu, perencanaan telah kami lakukan untuk mewujudkan naskah dari penulis drama menjadi perencanaan yang utuh dari seorang sutradara. Tahap latihan bertujuan untuk melihat dan mendengarkan drama dalam suara dan tubuh aktor yang dibangun dalam kesatuan dan mempersiapkan dekorasi panggung dan kostum . kemudian tahap gladi kotor dan gladi bersih bertujuan untuk mematangkan drama di atas panggung menurut peran masing – masing setelah penempatan dekorasi panggung dan kostum sudah selesai.
Berdasarkan bentuk dramatisnya, drama yang kami tampilkan mengandung drama komedi dan drama tragedi . Karena dalam ceritanya yang berjudul “Mi instan yang lebih peduli” tersebut menggambarkan kehidupan Sebelum terjadinya bencana yang penuh dengan canda . di dalam drama tersebut diceritakan berbagai keluguan sekumpulan orang yang asik sedang beronda malam di sebuah desa .
Ceritanya cukup singkat dan mudah di pahami . saat itu bagyo , adi dan rifki yang sedang bermain poker sambil minum kopi dan merokok di dalam pos ronda . kemudian agus datang sebagai hansip di kampung itu . dan mereka memulai percakapan yang membicarakan tentang seorang janda cantik . disitulah letak Drama komedi yang dihasilkan. Kemudian Drama tragedi terjadi pada saat terjadinya gempa yang telah menyebabkan meninggalnya banyak korban dan merubuhkan desa mereka .
Unsur-unsur dalam Drama pentas yang kami pertunjukan dapat saya kaji menggunakan unsur intrinsik terlebih dahulu . yang pertama secara Struktur . Struktur adalah bentuk drama pada waktu pementasan. Struktur terdiri atas alur, karakter, dan tema . Drama mendapat intensitas konsentrasi dan kekuatan dari alur. seni dari kegentingan sebagai karya fiksi yang dibangun secara bertahap. Bagian ini merupakan dasar dari pola irama drama secara keseluruhan. Alur tersusun dari peristiwa-peristiwa yang tersaji di atas pentas. Penikmat drama pada umumnya mengejar cerita dari bagian awal, tengah, dan akhir . Karena dalam peran saya di dalam drama yang berjudul “Mi instan yang lebih peduli” ini saya adalah pengiring dengan menggunakan irama . peran saya juga sangat penting di dalam drama ini . Tanpa irama, drama akan terlihat mati . dalam artian “Tidak hidup” . cerita, kegentingan satu ke kegentingan selanjutnya dalam sebuah pola yang berirama, dari tegangan dan istirahat, dipengaruhi oleh pergerakan alur. Alur mengarahkan cerita drama pada klimaks dengan dorongan menarik, kemudian membiarkan berganti dan berdebar di bagian akhir melalui pengalaman pertunjukan yang luar biasa.
Mendefinisikan alur sebagai aspek pokok dari semua drama. Alur bagi drama terutama memperhatikan tentang kejadian yang terjadi. Segala sesuatu yang terjadi di dalam drama dibahas di dalam alur. Sebuah drama terdiri dari sebuah rangkaian peristiwa atau episode yang mengikuti satu sama lain menurut rencana dari penulis; setiap kejadian dihubungkan—selalu dalam sebuah jalur yang tidak terlihat—kepada kejadiankejadian yang mengikuti. Reaske menjelaskannya sebagai struktur alur yang menunjuk pada seluruh organisasi dari drama. Analisis alur lebih menyeluruh daripada struktur alur. Analisis alur lebih tertuju pada segala sesuatu yang terjadi di drama. Dengan kata lain, analisis alur menganalisis tentang segala jenis insiden yang melibatkan konflik di dalam drama.
sebuah drama bukan narasi, tidak hanya dialog atau percakapan, tetapi sebuah interaksi. Tiap pembicaraan dari masing-masing karakter menuntut reaksi dari karakter lain. Dengan demikian penikmat drama menjadi tertarik untuk mengikuti cerita. Mereka ingin sekali melihat sesuatu yang akan terjadi selanjutnya.
Bagian pembukanya adalah eksposisi .Tahapan ini menjelaskan kepada penikmat drama tentang kejadian yang telah terjadi dan yang sedang terjadi. Dengan demikian, penikmat drama tidak merasa ahistoris tentang cerita yang sedang disajikan. Bagian selanjutnya adalah komplikasi . Pada bagian ini, awal mula ketegangan dihadirkan. Setelah itu, ketegangan akan menaik, lambat laun menjadi keras menuju klimaks minor. Setelah itu, ada dua pilihan, yaitu memperlambat ketegangan atau melanjutkan ketegangan menuju ke ketegangan yang lebih besar.
Konfrontasi di dalamnya semakin menguat sehingga timbul kemelut . Umumnya, sesudah mencapai tahapan ini, ketegangan sudah tidak dapat lagi kembali mereda, tetapi terus memuncak. Pertarungan tiba di krisis mayor yang mungkin menjadi titik puncak ketegangan, klimaks mayor. Setelah itu, muncul kesimpulan atau denaounment, istilah bahasa Prancis untuk menyebut sebagai pelepasan alur . Aristoteles menyebut istilah itu sebagai disecovery. Pada bagian ini, semuanya menjadi jelas .
Karakter merupakan bahan paling aktif yang menggerakkan jalan cerita. Karakter memiliki kepribadian dan watak. Karakter dapat dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis . Dimensi fisiologis adalah ciri-ciri badani yang dimiliki oleh seorang tokoh. Contoh yang bisa diambil, antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan sebagainya. Dimensi sosiologis adalah latar belakang kemasyarakatan dari cerita tersebut. Contoh dari dimensi sosiologis, antara lain status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, kepercayaan, agama, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobi, bangsa,suku, dan keturunan.
Dimensi ketiga adalah psikologis. Dimensi ini berarti latar belakang kejiwaan yang dimiliki oleh tokoh-tokohnya, seperti mentalitas, ukuran moral, perbedaan yang baik dengan yang tidak baik, temperamen, keinginan dan perasaan pribadi terhadap sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, dan keahlian khusus dalam bidang tertentu . Alur bercerita tentang peristiwa yang terjadi, sedangkan karakter bercerita tentang alasan peristiwa terjadi .
motivasi perhitungannya adalah jenis motivasi yang memandang semua hal yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan imbalan.
Kedua, motivasi penuh cinta adalah jenis motivasi yang memandang segala hal yang dilakukannya demi cinta, baik cinta yang dimilikinya, cinta yang diidamkannya, ataupun cinta yang dimiliki seseorang untuknya.
Ketiga, motivasi takut gagal adalah jenis motivasi yang memandang segala sesuatu yang dikerjakan berdasarkan perhitungan untuk menghindari kegagalan.
Keempat, motivasi beragama adalah jenis motivasi yang memandang sesuatu yang dikerjakannya berdasar atas nama Tuhan.
Kelima, motivasi pendendam adalah jenis motivasi yang memandang sesuatu yang dikerjakannya berdasar atas balas dendam.
Keenam, motivasi bangga adalah jenis motivasi yang memandang sesuatu yang dikerjakannya sebagai sesuatu yang luar biasa yang membuatnya merasa bangga. Ketujuh, motivasi cemburu adalah jenis motivasi yang memandang sesuatu yang dikerjakannya berdasarkan kecemburuan terhadap orang lain.
Bagian struktur yang lain adalah tema, Harymawan menyebutnya premis. Premis adalah rumusan intisari cerita sebagai landasan idiil dalam menentukan arah tujuan cerita . Dalam bahasa Indonesia, premis dapat diartikan sebagai ide pemikiran cerita. Untuk menemukan makna lengkap dalam drama, tema sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai drama yang lain . Dengan kata lain, peneliti dapat menginterpretasikannya dari implikasi-implikasi daya tariknya dan nuansa-nuansa yang terbangun dalam drama .
Tema dapat ditemukan melalui banyak cara. Tema dapat ditemukan dalam dialog dan diperjelas dalam pertunjukan . Tiap adegan memiliki kesatuan yang erat yang saling berhubungan untuk melengkapi dan menyempurnakan tema.
Dalam drama abad pertengahan, tema dapat diketahui melalui epilog. Akan tetapi, seorang karakter eksternal dalam drama modern berbicara langsung kepada pembaca. Ia memberikan komentar tentang makna lakon.
Pada abad ke-19 aktor minorlah yang menjelaskan tema. Penjelasan itu semakin kuat apabila karakter utama menyatakan kesimpulannya dari penjelasan sebalumnya. Pembaca harus berhati-hati untuk tidak menganggap pernyataan dari seorang karakter sebagai tema . Pernyataan tersebut bisa saja hanya kesimpulan sementara. Selain itu, kadang-kadang sesuatu yang diucapkan oleh seorang tokoh dalam dialog menunjukkan suatu perbedaan yang ironis dengan peristiwa yang terjadi.
Pada intinya, cerita terbaik menawarkan lebih dari sekadar pemahaman filosofis. Cerita menawarkan pembaruan penting ketika karakter-karakternya bergerak dalam ritme-ritme tindakan dan takdir menuju kepada kedamaian spiritual yang besar .
Kemudian tahap yang kedua saya akan melihat drama “Mi instan yang lebih peduli” ini secara Terstruktur . Dalam drama abad pertengahan, tema dapat diketahui melalui epilog. Akan tetapi, seorang karakter eksternal dalam drama modern berbicara langsung kepada pembaca. Ia memberikan komentar tentang makna lakon.
Pada intinya, cerita “Mi instan lebih peduli ini menawarkan lebih dari sekadar pemahaman filosofis. Cerita menawarkan pembaruan penting ketika karakter-karakternya bergerak dalam ritme-ritme tindakan dan takdir menuju kepada kedamaian spiritual yang besar .
Untuk merasakan pengalaman tersebut, penikmatnya dapat memperolehnya melalui haupttext dan nebentext. Wujud permasalahan teraba oleh kegiatan aktif menikmati pentas . Dialog menjadikan teks tertulis menjadi terdengar dan perwatakan tokoh menampakkan diri. Johan Hauken berpendapat bahwa pembacaan dan penikmatan teks drama secara aktif merupakan kegiatan “gestalten”, membangun menjadi sesuatu, karena teks tertulis dan pentas lakon adalah “gestaltungsfahig”, sesuatu yang masih harus dibentuk. Untuk itu, dialog, spectacle, dan suasana disajikan secara bersama-sama .
Penggunaan bahasa berhubungan dengan keefektifan penyampaian tujuan yang ingin disampaikan dalam drama . Keefektifan penyampaian pada drama yang berjudul “ Mi instan yang lebih peduli “ ini terlihat saat pemerannya menggunakan kata yang natural sehingga dapat di mengerti oleh penikmatnya .
Keberadaannya biasanya dihadirkan lewat pembicaraan-pembicaraan para tokohnya. Oleh karena itu, dialog merupakan bagian tekstur terpenting dalam drama. Tekstur drama dibangun oleh dialog. Tekstur drama tercipta karena adanya suara dan imaji bahasa dalam dialog . Dialog dalam lakon merupakan sumber utama untuk menggali segala informasi tekstual . sesuai dengan sumber yang saya
Aristoteles menyebut bagian selanjutnya sebagai musik. Akan tetapi, music kemudian digantikan dengan istilah suasana karena pada drama modern sedikit menggunakan instrumen atau melodi. Bahkan, dalam teks drama, tidak dituliskan keterangan saat musik dimainkan. Akan tetapi, sifat-sifat yang ada dalam musik, misalnya ritme, tidak dapat dipisahkan di dalam suasana.
Suasana tergantung pada banyak unsur yang dikomunikasikan secara langsung kepada penikmat drama. Suasana dapat dirasakan melalui dialog dan spectacle. Suasana terutama dikomunikasikan secara langsung kepada penikmat drama melalui ritme, gerak aktor, dialog aktor, dan perubahan-perubahan intensitas pencahayaan .
Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir. Kerangka ini membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks sampai penyelesaian. Dengan membuat kerangka cerita maka penulis akan memiliki batasan yang jelas sehingga cerita tidak berteletele. William Froug misalnya, membuat kerangka cerita (skenario) dengan empat bagian, yaitu pembukaan, bagian awal, tengah, dan akhir. Pada bagian pembukaan memaparkan sketsa singkat tokoh-tokoh cerita. Bagian awal adalah bagian pengenalan secara lebih rinci masing-masing tokoh dan titik konflik awal muncul. Bagian tengah adalah konflik yang meruncing hingga sampai klimaks. Pada bagian akhir, titik balik cerita dimulai dan konflik diselesaikan. Riantiarno , sutradara sekaligus penulis naskah Teater Koma, menentukan kerangka lakon dalam tiga bagian, yaitu pembuka yang berisi pengantar cerita atau sebab awal, isi yang berisi pemaparan, konflik hingga klimaks, dan penutup yang merupakan simpulan cerita atau akibat.
Tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita. Dengan menentukan tokoh protagonis secara mendetil, maka tokoh lainnya mudah ditemukan. Misalnya, dalam persoalan tentang kelicikan, maka tokoh protagonis dapat diwujudkan sebagi orang yang rajin, semangat dalam bekerja, senang membantu orang lain, berkecukupan, dermawan, serta jujur. Semakin detil sifat atau karakter protagonis, maka semakin jelas pula karakter tokoh antagonis. Dengan menulis lawan dari sifat protagonis maka karakter antagonis dengan sendirinya terbentuk. Jika tokoh protagonis dan antagonis sudah ditemukan, maka tokoh lain baik yang berada di pihak protagonis atau antagonis akan mudah diciptakan .
Mengakhiri sebuah persoalan yang dimunculkan tidaklah mudah. Dalam beberapa lakon ada cerita yang diakhiri dengan baik tetapi ada yang diakhiri secara tergesa-gesa, bahkan ada yang bingung mengakhirinya. Akhir cerita yang mengesankan selalu akan dinanti oleh penonton. Oleh karena itu tentukan akhir cerita dengan baik, logis, dan tidak tergesa-gesa.
Setelah semua hal disiapkan maka proses berikutnya adalah menulis. Mencari dan mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi memindahkan gagasan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, gunakan dan manfaatkan waktu sebaik mungkin.
Salah satu tugas utama sutradara. Lakon yang telah ditentukan harus segera dipelajari sehingga gambaran 100% lengkap cerita didapatkan. Dengan analisis yang baik, sutradara akan lebih mudah menerjemahkan kehendak pengarang dalam pertunjukan.
Jalannya eksekusi (pelaksanaan pentas) juga akan memosisikan dialog menjadi sarana penting dalam menjadikan teks tertulis menjadi “terdengar” dan “teraba” . Hanya pada lakon yang tertulis secara lengkap dan rinci tentang petunjuk penyutradaraan didapatkan pembacaan terhadap teks yang dapat membantu untuk membayangkan kemungkinan pementasannya .
Ada dua hal yang akan diteliti dalam dialog teks drama “Mi instan yang lebih peduli” ini, yaitu penggunaan gaya bahasa kiasan dan gaya bahasa tinggi dan rendah. Penelitian terhadap penggunaan gaya bahasa kiasan atau ketidaklangsungan makna membantu untuk memahami lebih dalam tentang isi dialog dalam teks. Semua penulis drama menggunakan bahasa kiasan Mereka mengemukakan ide-idenya dengan menggunakan analogi yang dihadirkan dengan cara berbeda, bukan secara tersurat.
Ketidaklangsungan bahasa ada beberapa jenis. Reaske menyebutkan 13 jenis ketidaklangsungan bahasa, yaitu simile, metafora, allegori, alliterasi, antithesis, cocophoni, epithet, eufemisme, euphoni, imaji, paradok, periphasis, dan personifikasi. Akan tetapi, dari 13 jenis ketidaklangsungan bahasa, disebutkan Reaske bahwa simile dan metafora merupakan bagian paling penting. Kedua gaya bahasa tersebut membuat dialog menjadi lebih hidup dan lebih dramatis . Simile adalah semacam analogi yang membandingkan kesamaan antara satu dengan yang lain sehingga menarik untuk diteliti Contoh simile, Angin seperti tiupan kipas yang besar. Metafora adalah menyamakan suatu benda dengan benda yang lain .Contoh metafora, Angin adalah tiupan kipas yang besar .
Yang dimaksud dengan gaya bahasa tinggi adalah yang menunjukkan keagungan, keformalan, kehalusan, dan keandalan yang kuat dalam ekspresi fantastis .Yang dimaksud dengan gaya bahasa rendah adalah yang menunjukkan kesederhanaan, kejelasan, dan ketidakindahan bahasa .
Setelah menganalisis lakon dan mendapatkan informasi lengkap mengenai lakon, maka saya perlu melakukan tafsir atau interpretasi.Berdasarkan hasil analisis, saya memberi sentuhan dan atau penyesuaian artistic dengan musik terhadap lakon yang akan dipentaskan. Proses ini bisa disebut sebagai proses asimilasi (perpaduan) antara gagasan sutradara dan pengiring . Seorang sutradara sebetulnya boleh tidak melakukan interpretasi terhadap lakon, artinya, ia hanya sekedar melakukan apa yang dikehendaki oleh lakon apa adanya sesuai dengan hasil analisis. Akan tetapi sangat mungkin seorang sutradara memiliki gagasan astistik tertentu yang akan ditampilkandalam pementasan setelah menganalisa sebuah lakon. Proses interpretasi biasanya menyangkut unsur latar, pesan, dan karakterisasi.
Adaptasi terhadap tempat kejadian peristiwa sering dilakukan oleh sutradara. Secara teknis hal ini berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki. Misalnya, dalam lakon mengehendaki tempat kejadian di sebuah apartemen yang mewah, tetapi karena ketersediaan sumber daya yang kurang memadahi maka bentuk penampilan apartemen mewah disesuaikan.
Secara artistik, sutradara dapat menafsirkan tempat kejadian secara simbolis. Misalnya, “apartemen mewah” disimbolkan sebagai pusat kekuasaan maka tata panggungnya disesuaikan dengan simbolisasi tersebut. Ketika adaptasi ini dilakukan maka unsur-unsur lain pun seperti tata rias dan busana akan ikut terkait dan mengalami penyesuaian. Penyesuaian inipun berkaitan langsung dengan latar waktu dan peristiwa. Jika “apartemen” disimbolkan sebagai pusat kekuasaan maka peristiwa yang terjadi di dalamnya juga harus mengikuti simbolisasi ini sedangkan latar waktunya bisa ditarik ke masa lalu atau masa kini seperti yang dikehendaki oleh sutradara. Oleh karena itulah pentas teater dengan lakon-lakon yang yang natural akan menambah nilai seni tersendiri .
Hal yang paling menarik mengenai penyampaian pesan kepada penonton adalah caranya. Cara menyampaikan pesan antara sutradara satu dengan yang lain bisa berbeda meskipun lakon yang dipentaskan sama. Cara menyampaikan pesan ini menjadi titik tafsir lakon yang penting karena pesan inilah inti dari keseluruhan lakon. Untuk menekankan pesan yang dimaksud ada sutradara yang memberi penonjolan pada tata artistik, misalnya warna-warna yang digunakan di atas panggung. Ada juga sutradara yang menonjolkan laku aksi aktor di atas pentas sehingga adegan dibuat dan dikerjakan secara detil. Masing-masing cara penonjolan pesan ini mempengaruhi unsur-unsur lain dalam pementasan. Dengan demikian sutradara harus benar-benar memikirkan cara menyampaikan pesan lakon dengan mempertimbangkan unsur-unsur lakon dan sumber daya yang dimiliki.
Hasil akhir dari analisis naskah adalah konsep pementasan.Dalam konsep ini sutradara menjelaskan secara lengkap mengenai cara menyampaikan pesan yang berkaitan dengan pendekatan gaya pementasan dan pendekatan pemeranan serta memberikan gambaran global tata artistik.
Seniman teater dunia telah banyak berusaha melahirkan gaya pementasan. Dewasa ini hampir tidak bisa ditemukan gaya pementasan murni yang dihasilkan seorang sutradara atau pemikir teater. Setiap kelahiran gaya baru memiliki keterkaitan atau perlawanan terhadap gaya tertentu (baca bagian sejarah teater). Oleh karena itu, hal yang paling bisa adalah mendekatkan gaya pementasan dengan gaya tertentu yang sudah ada. Istilah pendekatan di sini digunakan dalam arti sutradara tidak hanya sekedar melaksanakan sebuah gaya secara wantah (utuh) tetapi ada pengembangan atau penyesuaian di dalamnya. Untuk itu, sutradara harus memahami gaya-gaya pementasan.
Dengan demikian pendekatan yang dilakukan tidak salah sasaran. Konvensi atau aturan main sebuah pertunjukan diungkapkan dalam poin ini, misalnya, karena menggunakan pendekatan gaya presentasional, maka bahasa dialog antaraktor menggunakan bahasa yang puitis. Gerak laku aktor distilisasi atau diperindah. Aktor boleh berbicara secara langsung kepada penonton.
Setelah menetapkan pendekatan gaya, maka metode pemeranan yang dilakukan perlu dituliskan. Hal ini sangat berguna bagi aktor. Metode akting berkaitan dengan pencapaian aktor (standar) sesuai dengan pendekatan gaya pementasannya. Misalnya, penggunaan bahasa puitis dengan sendirinya membuat aktor harus mau memahami dan melakukan latihan teknik-teknik membaca puisi agar dalam pengucapan dialog tidak seperti percakapan sehari-hari. Hal ini mempengaruhi bentuk dan gaya penampilan aktor dalam beraksi. Sutradara harus membuat metode tertentu dalam sesi latihan pemeranan untuk mencapai apa yang dinginkan.
Gambaran tata artistik. Secara umum, sutradara harus menuliskan gambaran (pandangan) tata artistiknya. Meski tidak secara mendetil, tetapi gambaran tata artisitk berguna bagi para desainer untuk mewujudkannya dalam desain. Jika sutradara mampu, maka ia bisa memberikan gambaran tata artistik melalui sketsa. Jika tidak, maka ia cukup menuliskannya.
Penampilan fisik seorang pemain dapat dijadikan dasar menentukan tokoh. Biasanya, dalam lakon yang gambaran tokohnya sudah melekat di masyarakat, misalnya tokoh-tokoh dalam lakon pewayangan, penentuan pemain berdasar ciri fisik ini menjadi acuan utama.
Berkaitan langsung dengan penampilan mimik aktor. Meskipun kekurangan wajah bisa ditutupi dengan tata rias, tetapi ciri wajah pemain harus diusahakan semirip mungkin dengan ciri wajah tokoh dalam lakon. Hal ini dianggap dapat mampu melahirkan ekspresi wajah yang natural. Misalnya, dalam cerita Kabayan, maka pemain harus memiliki ciri wajah yang tampak tolol.
Dalam kasus tertentu, ukuran tubuh merupakan harga mati bagi sebuah tokoh. Misalnya, dalam wayang wong, tokoh Bagong memiliki ukuran tubuh tambun (gemuk), maka pemain yang dipilih pun harus memiliki tubuh gemuk. Tidak masuk akal jika Bagong tampil dengan tubuh kurus.
Menghayati sebuah tokoh berarti mampu menerjemahkan laku aksi karakter tokoh dalam bahasa verbal dan ekspresi tubuh secara bersamaan. Untuk menilai hal ini, sutradara dapat memberikan penggalan adegan atau dialog karakter untuk diujikan. Calon aktor, harus mampu menyajikannya dengan penuh penghayatan. Untuk menguji lebih mendalam sutrdara juga dapat memberikan penggalan dialog karakter lain dengan muatan emosi yang berbeda.
Kemampuan lain selain bermain tokoh terkadang dibutuhkan. Misalnya, seorang calon aktor yang memiliki kemampuan menari, menyanyi atau bermain musik memiliki nilai lebih. Mungkin dalam sebuah produksi ia tidak memenuhi kriteria sebagai pemain utama, tetapi bisa dipilih sebagai seorang penari latar dalam adegan tertentu. Untuk itu, portofolio sangat penting bagi seorang aktor profesional. Catatan prestasi dan kemampuan yang dimiliki hendaknya ditulis dalam portofolio sehingga bisa menjadi pertimbangan saya.
Bentuk dan gaya pementasan membingkai keseluruhan penampilan pementasan. Penting bagi kami saat itu untuk menentukan dengan tepat bentuk dan gaya pementasan. Bentuk dan gaya yang dipilih secara serampangan akan mempengaruhi kualitas penampilan. Kehatihatian dalam memilih bentuk dan gaya bukan saja karena tingkat kesulitan tertentu, tetapi latar belakang pengetahuan dan kemampuan sutradara sangat menentukan. Di bawah ini akan dibahas bentuk dan gaya pementasan menurut penuturan cerita, bentuk penyajian, dan gaya penyajian. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan serta membutuhkan kecakapan sutradara dalam bidang tertentu untuk melaksanakannya.
Ada dua jenis pertunjukan teater menurut penuturan ceritanya, yaitu berdasar naskah lakon dan improvisasi. Teater tradisional biasanya memilih imporivisasi karena semua pemain telah memahami dengan baik cerita yang akan dilakonkan dan karakter tokoh yang akan ditokohkan. Sebaliknya, teater modern menggunakan naskah lakon sebagai sumber penuturan. Meskipun beberapa kelompok teater modern tertentu memperbolehkan improvisasi (biasanya lakon komedi situasi) tetapi sumber utama dialognya diambil dari naskah lakon.
Jika sumber daya yang dimiliki tidak sesuai dengan kehendak lakon harus dilakukan adaptasi. Hal ini perlu dilakukan. Jika memaksakan kehendak harus sesuai dengan gagasan lakon, maka kerja sutradara akan semakin keras. Tergantung dari kekurangan sumber daya yang dimiliki. Jika sumber daya manusia (aktor) yang kurang, maka sutradara memerlukan waktu ekstra untuk membimbing para aktornya. Jika sumber dana yang kurang maka tim poruduksi harus berusaha keras untuk memenuhi tuntutan tersebut. Jika hendak menyesuaikan dengan ketersediaan sumber daya, maka adaptasi lakon harus dilakukan. Sutradara perlu meluangkan waktu untuk melakukannya.
Mementaskan drama secara improvisasi memiliki keunikan tersendiri. Sutradara hanya menyediakan gambaran cerita selanjutnya aktor yang mengembangkannya dalam permainan. Beberapa kelebihan pentas drama . Kreativitas sutradara dan aktor dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Sutradara dapat mengembangkan cerita dengan bebas dan aktor dapat mengembangkan kemungkinan gayapermainan dengan bebas pula. Dalam proses latihan terkadang sutradara mendapat inspirasi dari laku aksi pemain demikian pula sebaliknya. Dengan berkembangnya cerita maka aktor mendapatkan arahan laku lain yang bisa dicobakan. • Arahan laku terbuka. Oleh karena tidak ada petunjuk arah laku yang jelas, maka aktor dapat mengembangkannya. Terkadang hal ini dapat menimbulkan efek artistik yang alami dan menarik.
Banyaknya pilihan bentuk penyajian pementasan teater membuat sutradara harus jeli dalam menentukannya. Jika tidak, sutradara akan kerepotan sendiri. Oleh karena setiap bentuk penyajian memiliki kekhasan dan membutuhkan prasyarat tertentu yang harus dipenuhi, maka sutradara wajib mempelajari dan memahami langkah-langkah dalam melaksanakannya.
Mengerti karya musik dramatik. Setiap orang harus memahami karya musik merupakan keharusan dalam drama musikal. Tokohan musik sangat dominan dalam drama musikal bahkan musik bisa hadir secara mandiri untuk menceritakan sesuatu. Artinya, musik itu sendiri sudah bercerita sehingga pemain atau penari yang berada di atas panggung hanyalah pelengkap gambaran peristiwa. Pada adegan lain, tokoh musik bisa menjadi pengiring lagu yang bercerita, pengiring gerak, dan ilustrasi suasana kejadian. Kepiawaian dalam menentukan kegunaan karya musik yang satu dengan yang lain benarbenar dibutuhkan. Jika karya drama musikal tersebut berawal dari karya musik murni (musik yang bercerita) seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber, maka harus benar-benar piawai dalam mengolah visualisasinya di atas pentas.
Pada adegan dimana musik bercerita secara mandiri maka Pengiring harus mampu memvisualisasikan cerita tersebut diatas pentas. Memilih pelaku yang tepat dan membuat komposisi atau koreografi berdasar karya musik yang ada. Ekspresi cerita melalui nada-nada musik harus benar-benar bisa divisualisasikan dengan tepat.
Suara adalah unsur penting dalam kegiatan seni drama yang menyangkut segi auditif atau sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran. Dalam kenyataannya, suara dan bunyi itu sama, yaitu hasil getaran udara yang datang dan menyentuh selaput gendang telinga. Akan tetapi, dalam konvensi dunia teater kedua istilah tersebut dibedakan. Suara merupakan produk manusia untuk membentuk katakata, sedangkan bunyi merupakan produk benda-benda. Suara dihasilkan oleh proses mengencang dan mengendornya pita suara sehingga udara yang lewat berubah menjadi bunyi. Dalam kegiatan teater, suara mempunyai tokohan penting, karena digunakan sebagai bahan komunikasi yang berwujud dialog. Dialog merupakan salah satu daya tarik dalam membina konflik-konflik dramatik. Kegiatan mengucapkan dialog ini menjadi sifat teater yang khas. Suara adalah lambang komunikasi yang dijadikan media untuk mengungkapkan rasa dan buah pikiran. Unsur dasar bahasa lisan adalah suara. Prosesnya, suara dijadikan kata dan kata-kata disusun menjadi frasa serta kalimat yang semuanya dimanfaatkan dengan aturan tertentu yang disebut gramatika atau paramasastra.
Pemilihan kata-kata memiliki tokohan dalam aturan yang dikenal dengan istilah diksi. Selanjutnya, suara tidak hanya dilontarkan begitu saja tetapi dilihat dari keras lembutnya, tinggi rendahnya, dan cepat lambatnya sesuai dengan situasi dan kondisi emosi. Itulah yang disebut intonasi. Suara merupakan unsur yang harus diperhatikan oleh seseorang yang akan mempelajari teater.
Kata-kata yang membawa informasi yang bermakna. Makna katakata dipengaruhi oleh nada. Misalnya, kalimat, “Yah, memang, kamu sekarang sudah hebat….. ”. Maka, nada suara yang terlontarkan, menunjukkan maksud memuji atau sebenarnya ingin mengatakan, “kamu belum bisa apa-apa”. Banyak lagi contoh yang menunjukkan tentang makna suara. Misalnya, dalam situasi tertentu tidak mampu mengungkapkan maksud yang sebenarnya, sehingga secara tidak sadar mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki. Maksud tersembunyi seperti itu disebut subtext.
Seorang pemeran dalam pementasan teater menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa tubuh dan bahasa verbal yang berupa dialog. Bahasa tubuh bisa berdiri sendiri, dalam arti tidak dibarengi dengan bahasa verbal. Akan tetapi, bisa juga bahasa tubuh sebagai penguat bahasa verbal.
Seorang pemeran dalam pementasan teater menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa tubuh dan bahasa verbal yang berupa dialog. Bahasa tubuh bisa berdiri sendiri, dalam arti tidak dibarengi dengan bahasa verbal. Akan tetapi, bisa juga bahasa tubuh sebagai penguat
bahasa verbal.
Dialog yang diucapkan oleh seorang pemeran mempunyai tokohan yang sangat penting dalam pementasan naskah drama atau teks lakon. Hal ini disebabkan karena dalam dialog banyak terdapat nilai-nilai yang bermakna. Jika lontaran dialog tidak sesuai sebagaimana mestinya, maka nilai yang terkandung tidak dapat dikomunikasikan kepada penonton. Hal ini merupakan kesalahan fatal bagi seorang pemeran.
Ucapan yang dilontarkan oleh pemeran bertujuan untuk menyalurkan kata dari teks lakon kepada penonton. Memberi arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara. Memuat informasi tentang sifat dan perasaan tokoh, misalnya: umur. kedudukan sosial, kekuatan, kegembiraan, putus asa, marah, dan sebagainya. Mengendalikan perasaan penonton seperti yang dilakukan oleh musik juga sangat penting.
Ketika pemeran mengucapkan dialog harus mempertimbangkan pikiran-pikiran penulis. Jika pemeran melontarkan dialognya hanya sekedar hasil hafalan saja, maka dia mencabut makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang disampaikan melalui nada suara membentuk satu pemaknaan berkaitan dengan kalimat dialog. Proses pengucapan dialog mempengaruhi ketersampaian pesan yang hendak dikomunikasikan kepada penonton.
Pembentukan gambaran-gambaran baru dalam pikiran juga sangat penting untuk di kaji, dimana gambaran tersebut tidak pernah dialami sebelumnya. Belajar imajinasi dapat menggunakan fungsi ”jika” atau dalam istilah metode pemeranan Stanislavski disebut magic-if. Latihan imajinasi bagi pemeran berfungsi mengidentifikasi tokoh yang akan dimainkan. Selain itu, seorang pemeran juga harus berimajinasi tentang pengalaman hidup tokoh yang akan dimainkan.




2. pendapat Saya mengenai rancangan drama yang akan Saya ciptakan jika kelak Saya menjadi seorang guru/dosen drama bagi murid-murid Saya ,Drama tersebut pasti akan ada Ada gerak seperti mengacungkan tangan, membentak, dan ketakutan. Dengan demikian, Saya sebagai penulis lakon membeberkan kisahannya tak cukup jika hanya dibaca. Dibutuhkan gerak. Itulah yang disebut action. Pementasan di panggung. Saya sebagai Penulis lakon akan membayangkan action para aktornya dalam bentuk dialog. Dan dialoglah bagian paling penting dalam drama. Lewat dialoglah Saya bisa melacak emosi, pemikiran, karakterisasi, yang kesemuanya itu terhidang di panggung lewat action alias gerak. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila seorang pakar drama kenamaan Moulton menyebut drama sebagai ’life presented in action’, alias drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak. Dengan demikian, secara lebih ringkas drama adala salah satu bagian dari genre sastra yang menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog, yang dirancang untuk pementasan di panggung .
Berikut langkah-langkah saya dalam pembuatannya .
a. Pemilihan Naskah
Proses atau tahap pertama yang harus dilakukan oleh sutradara adalah menentukan lakon yang akan dimainkan. Sutradara bisa memilih lakon yang sudah tersedia (naskah jadi) karya orang lain atau membuat naskah lakon sendiri.
b. Menginterpretasi
Setelah menganalisis lakon dan mendapatkan informasi lengkap mengenai lakon, maka Saya perlu melakukan tafsir atau interpretasi. Berdasarkan hasil analisis, Saya memberi sentuhan dan atau penyesuaian artistik terhadap lakon yang akan dipentaskan. Proses ini bisa disebut sebagai proses asimilasi (perpaduan) antara gagasan sutradara dan pengarang. Saya sebetulnya boleh tidak melakukan interpretasi terhadap lakon, artinya, ia hanya sekedar melakukan apa yang dikehendaki oleh lakon apa adanya sesuai dengan hasil analisis. Akan tetapi sangat mungkin seorang sutradara memiliki gagasan astistik tertentu yang akan ditampilkandalam pementasan setelah menganalisa sebuah lakon. Proses interpretasi biasanya
menyangkut unsur latar, pesan, dan karakterisasi.
c. Mengkonsep Pementasan
Dalam konsep ini Saya akan menjelaskan secara lengkap mengenai cara menyampaikan pesan yang berkaitan dengan pendekatan gaya pementasan dan pendekatan pemeranan serta memberikan gambaran global tata artistik.
d. Menentukan tokoh dan Memilih Pemain
Tokoh dalam drama yang Saya ciptakan berdasarkan peranannya, akan saya pilih tokoh utama dan tokoh tambahan. Berdasarkan fungsi tampilannya, dikenal tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis. Berdasarkan pengungkapan wataknya, aka nada tokoh bulat dan tokoh datarnya.
Menentukan pemain yang tepat tidaklah mudah. Dalam sebuah grup atau sanggar, sutradara sudah mengetahui karakter pemainpemainnya (anggota). Akan tetapi, dalam sebuah grup teater sekolah yang pemainnya selalu berganti atau kelompok teater kecil yang membutuhkan banyak pemain lain Saya harus jeli memilih sesuai kualifikasi yang dinginkan. Grup teater tradisional biasanya memilih pemain sesuai dengan penampilan fisik dengan ciri fisik tokoh lakon, misalnya dalam wayang orang atau ketoprak. Akan tetapi, dalam teater modern, memilih pemain biasanya berdasar kecapakan pemain tersebut. Menentukan Alur dengan merangkaikan peristiwa dalam sastra drama sesuai naskah yang mempunyai penekanan sangat penting karena adanya hubungan sebab-akibat, yang berupa jalinan peristiwa. Drama sebagai karya sastra lengkap, umumnya mengandung delapan tahapan alur. Kedelapan tahapan alur itu yaitu : eksposisi atau pemaparan, rangsangan, konflik, rumitan, klimaks, kritis, leraian, dan penyelesaian. Untuk memahami drama, kita harus melihatnya secara keseluruhan, tidak bisa hanya membaca sinopsisnya saja.
a. Memilih Secara fisik
Penampilan fisik seorang pemain dapat dijadikan dasar menentukan tokoh. Biasanya, dalam lakon yang gambaran tokohnya sudah melekat di masyarakat, misalnya tokoh-tokoh dalam lakon pewayangan, penentuan pemain berdasar ciri fisik ini menjadi acuan utama.
• Ciri Wajah. Berkaitan langsung dengan penampilan mimik aktor. Meskipun kekurangan wajah bisa ditutupi dengan tata rias, tetapi ciri wajah pemain harus diusahakan semirip mungkin dengan ciri wajah tokoh dalam lakon. Hal ini dianggap dapat mampu melahirkan ekspresi wajah yang natural. Misalnya, dalam cerita Kabayan, maka pemain harus memiliki ciri wajah yang tampak tolol.
• Ukuran Tubuh. Dalam kasus tertentu, ukuran tubuh merupakan harga mati bagi sebuah tokoh. Misalnya, dalam wayang wong, tokoh Bagong memiliki ukuran tubuh tambun (gemuk), maka pemain yang dipilih pun harus memiliki tubuh gemuk. Tidak masuk akal jika Bagong tampil dengan tubuh kurus.
• Tinggi Tubuh. Hal ini juga sama dengan ukuran tubuh. Tokoh Werkudara (Bima) harus ditokohkan oleh orang yang bertubuh tinggi besar. Sutradara akan diprotes oleh penonton jika menampilkan Bima bertubuh kurus dan pendek, karena tidak sesuai dengan karakter dan akan menyalahi laku lakon secara keseluruhan.
• Ciri Tertentu. Ciri fisik dapat pula dijadikan acuan untuk menentukan pemain. Misalnya, dalam ketoprak, seorang yang tinggi tapi bungkuk dianggap tepat memainkan tokoh pendeta. Seorang yang memiliki kumis, janggut, dan brewok tebal cocok diberi tokoh sebagai warok atau jagoan.
b. Memilih secara Kecakapan
Menentukan pemain berdasar kecapakan biasanya dilakukan melalui audisi. Meskipun dalam khasanah teater modern, sutradara dapat menilai kecakapan pemain melalui portofolio tetapi proses audisi tetap penting untuk menilai kecakapan aktor secara langsung.
• Tubuh. Kesiapan tubuh seorang pemain merupakan faktor utama. Tidak ada gunanya seorang aktor bermain dengan baik jika fisiknya lemah. Dalam sebuah produksi yang membutuhkan latihan rutin dan intens dalam kurun waktu yang lama ketahanan tubuh yang lemah sangatlah tidak menguntungkan. Untuk menilai kesiapan tubuh pemain, maka latihan katahanan tubuh dapat diujikan.
• Wicara. Kemampuan dasar wicara merupakan syarat utama yang lain. Dalam teater yang menggunakan ekspresi bahasa verbal kejelasan ucapan adalah kunci ketersampaian pesan dialog. Oleh karena itu pemain harus memiliki kemampuan wicara yang baik. Penilaian yang dapat dilakukan adalah penguasan, diksi, intonasi, dan pelafalan yang baik. Dengan memberikan teks bacaan tertentu, calon aktor dapat dinilai kemampuan dasar wicaranya.
• Penghayatan. Menghayati sebuah tokoh berarti mampu menerjemahkan laku aksi karakter tokoh dalam bahasa verbal dan ekspresi tubuh secara bersamaan. Untuk menilai hal ini, sutradara dapat memberikan penggalan adegan atau dialog karakter untuk diujikan. Calon aktor, harus mampu menyajikannya dengan penuh penghayatan. Untuk menguji lebih mendalam Saya juga dapat memberikan penggalan dialog karakter lain dengan muatan emosi yang berbeda.
• Kecakapan lain. Kemampuan lain selain bermain tokoh terkadang dibutuhkan. Misalnya, seorang calon aktor yang memiliki kemampuan menari, menyanyi atau bermain musik memiliki nilai lebih. Mungkin dalam sebuah produksi ia tidak memenuhi kriteria sebagai pemain utama, tetapi bisa dipilih sebagai seorang penari latar dalam adegan tertentu. Untuk itu, portofolio sangat penting bagi seorang aktor profesional. Catatan prestasi dan kemampuan yang dimiliki hendaknya ditulis dalam portofolio sehingga bisa menjadi pertimbangan.
e. Blocking
Disini Saya akan mempelajari cara mengatur pemain di atas pentas. Bukan hanya akting tetapi juga blocking. Secara mendasar blocking adalah gerakan fisik atau proses penataan (pembentukan) sikap tubuh seluruh aktor di atas panggung. Blocking dapat diartikan sebagai aturan berpindah tempat dari titik (area) satu ke titik (area) yang lainnya bagi aktor di atas panggung. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu diperhatikan agar blocking yang dibuat tidak terlalu rumit, sehingga lalulintas aktor di atas panggung berjalan dengan lancar. Jika blocking dibuat terlalu rumit, maka perpindahan dari satu aksi menuju aksi yang lain menjadi kabur. Yang terpenting dalam hal ini adalah fokus atau penekanan bagian yang akan ditampilkan .
f. Menata Panggung
Gambaran tempat kejadian lakon nantinya akan diwujudkan oleh tata panggung dalam pementasan. Tidak hanya sekedar dekorasi (hiasan) semata, tetapi segala tata letak perabot atau piranti yang akan digunakan oleh aktor disediakan oleh penata panggung. Penataan panggung disesuaikan dengan tuntutan cerita, kehendak artistik sutradara, dan panggung tempat pementasan dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penataan panggung seorang penata panggung perlu mempelajari panggung pertunjukan. Tata cahaya juga penting kehadirannya di atas panggung karena menyinari semua objek sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bagi sutradara, aktor, dan penonton untuk saling melihat dan berkomunikasi. Semua objek yang disinari memberikan gambaran yang jelas kepada penonton tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Dengan cahaya, sutradara dapat menghadirkan ilusi imajinatif. Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata cahaya ada empat, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir
g. Menata Rias
Tata rias secara umum dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah menjadi lebih sempurna. Tata rias dalam teater mempunyai arti lebih spesifik, yaitu seni mengubah wajah untuk menggambarkan karakter tokoh. Tata Rias dalam teater bermula dari pemakaian kedok atau topeng untuk menggambarkan karakter tokoh. Contohnya, teater Yunani yang memakai topeng lebih besar dari wajah pemain dengan garis tegas agar ekspresinya dapat dilihat oleh penonton. Beberapa teater primitif menggunakan bedak tebal yang biasa dibuat dari bahan-bahan alam, seperti tanah,tulang, tumbuhan, dan lemak binatang. Pemakaian tata rias akhirnya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembuatan teater.
h. Menata Busana
Tata busana adalah seni pakaian dan segala perlengkapan yang menyertai untuk menggambarkan tokoh. Tata busana termasuk segala asesoris seperti topi, sepatu, syal, kalung, gelang , dan segala unsur yang melekat pada pakaian. Tata busana dalam teater memiliki peranan
penting untuk menggambarkan tokoh. Pada era teater primitif, busana yang dipakai berasal dari bahan-bahan alami, seperti tumbuhan, kulit binatang, dan batu-batuan untuk asesoris. Ketika manusia menemukan tekstil dengan teknologi pengolahan yang tinggi, maka busana berkembang menjadi lebih baik.
Tata busana dapat dibuat berdasar budaya atau jaman tertentu. Untuk membuat tata busana sesuai dengan adat dan kebudayaan daerah tertentu maka diperlukan referensi khusus berkaitan dengan adat dan kebudayaan tersebut. Jenis busana ini tidak bisa disamakan antara daerah satu dengan daerah lain. Masing-masing memiliki ciri khasnya. Sementara itu tata busana menurut jamannya bisa digeneralisasi. Artinya, busana pada jaman atau dekade tertentu memiliki ciri yang sama.
Tidak ada periode tata busana secara khusus di teater, karena semua tergantung latar cerita yang ditampilkan. Periode busana teater dengan demikian mengikuti periode teater tersebut. Misalnya, dalam teater Romawi Kuno maka lakon yang ditampilkan berlatar jaman tersebut sehingga busananya pun seperti busana keseharian penduduk jaman Romawi Kuno. Demikian juga dengan teater pada jaman Yunani, Abad Pertengahan, Renaissance, Elizabethan, Restorasi, dan Abad 18.
Busana teater mengalami perkembangan pesat seiring lahirnya teater modern pada akhir abad 19. Dalam masa ini, beragam aliran teater bermunculan. Masing-masing memiliki kospenya tersendiri dan lakon tidak harus berlatar jaman dimana lakon itu dibuat. Semua terserah pada gagasan seniman. Busana pun mengikuti konsep tersebut. Tata busana dengan demikian sudah tidak lagi terpaku pada jaman, tetapi lebih pada konsep yang melatarbelakangi penciptaan teater.
i. Menentukan Latar
segala sesuatu yang mengacu kepada keterangan mengenai waktu, ruang, serta suasana peristiwanya akan dibuat sedemikian rupa. Latar pada drama dalam pementasan akan Saya buat panggung yang dihiasi dengan dekorasi, seni lukis, tata panggung, seni patung, tata cahaya, dan tata suara agar terlihat baik.








3. kesan dan pesan Saya terhadap perkuliahan Kajian Drama Indonesia yang selama ini Saya ikuti .
a. Pesan
Semua berjalan dalam satu proses, dan proses adalah belajar. Semangat belajar dalam teater tidak akan pernah bisa berhenti karena teater senantiasa hidup dan berkembang. Ilmu yang didapatkan sekarang tidak akan pernah cukup. Oleh karena itu maka tidak ada kata lain selain belajar, belajar, dan belajar. Berkarya, berkarya, dan berkarya. Catatan kecil yang Saya sampaikan ini semoga dapat menjadi pemicu semangat untuk terus belajar dan berkarya. Terima kasih Saya ucapkan kepada bu Siti Fatimah, S.S., M. Pd. .
b. Kesan
Dengan semangat dan ketekunan berlatih, cerita yang sudah berhasil dicipta dapat diwujudkan ke dalam sebuah pementasan. Kerjasama sebagai semangat seni teater dapat dijadikan acuan proses penciptaan. Pengetahuan tentang dasar-dasar penyutradaraan, pemeranan, dan tata artistik dapat diaplikasikan untuk mendukung karya yang telah ditampilkan. Tidak perlu seorang diri mengerjakan semuanya. Teater adalah kolketif, teater adalah kerjasama. Masing-masing bidang dalam teater dapat dikerjakan oleh orang-orang tertentu yang tertarik di bidang-bidang tersebut. Jika semuanya berbuat dalam semangat kerjasama maka pergelaran karya teater menjadi karya bersama yang memiliki satu makna. Semua secara harmonis bekerja bersama mendukung makna yang satu. Masing-masing bidang yang dibahas dalam buku ini memberikan gambaran harmonisasi tersebut. Semua bisa dipelajari secara mandiri, akan tetapi lebih berarti jika semua bidang bersinergi.






Sumber :
A.Rumadi.Penerbit PT Gramedia Jakarta,1988,halaman 25-33.
Gerakan 30 September 1965. Kesaksian Letkol (PNB) Heru Atmodjo. Jakarta: PEC, 2004
http://kendalbulur-boyolangu.blogspot.com/2010/02/jenis-drama.html


2 komentar:

Anonim mengatakan...

bagus nih .....

Anonim mengatakan...

kok mahasiswa universitas pekalongan ada yang bisa buat kaya gini ya? bagus .... promosikan terus .. :)

Posting Komentar

 
| Home | Sawahjoho | Matrix | Unikal | Majollcraft | Sex dan Kesehatan | Privacy Policy |
Iklan oleh google